Rabu, 18 November 2009

Pembuka Kata


berarak halimun di kemilau purnama

malam berseri bintang bercahaya
semarak zapin serantau majlis bernama
helat negeri junjung budaya

inai putri dari bengkalis
ambil di paya berwadah suasa
zapin ditari penyeri majlis
lestari budaya martabat bangsa

Hari ini, kemajuan teknologi telah merambah hingga ke segenap celah dan ceruk kampung. Boleh dikatakan, tidak ada tempat lagi yang tidak terdedah dengan sentuhan teknologi yang bersamanya membawa berbagai dampak (baik dan buruk) yang salah satunya: pergeseran nilai-nilai budaya. Terdedahnya kita dengan dunia luar akibat kemajuan teknologi menimbulkan berbagai perubahan dalam cara hidup dan cara pandang. Perubahan dan pergeseran ini adalah sebuah keniscayaan, namun kadang membuat kita abai serta tercerabut dari akar peradaban yang selama ini ditimang dan dijunjung tinggi. Saking asingnya, kekadang kita tidak mengenal lagi wajah sendiri.

Ketika kita membaca sejarah dunia, kenyataan memperlihatkan bahwa pewarisan besar dunia umumnya adalah hasil dari peristiwa kebudayaan. Seni dan budaya merupakan pantulan cermin marwah bangsa, memiliki nilai-nilai luhur yang perlu diwarisi, dikembangkan dan dilestarikan agar dapat dicerna dan dihayati oleh pendukungnya. Seni bukanlah sekedar perwujudan lahiriah dari suatu kebudayaan, tetapi juga menjadi lambang-lambang yang sarat akan muatan nilai-nilai yang merupakan acuan dan jati diri pendukungnya, Zapin salah satunya.

Zapin telah berkembang di rantau ini sejak lama sejalan dengan berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan peradaban Melayu yang berinteraksi langsung dengan berbagai peradaban dunia saat itu. Bermula dari pedagang-pedagang Arab, berkembang menjadi sebuah seni yang kental dengan roh dan alam Melayu, Zapin telah mencecahkan dirinya pada maqam yang amat istimewa dalam kebudayaan Melayu. Keunikan
Zapin, baik tarian maupun musik pengiringnya, memberikan warna tersendiri dalam khazanah budaya Melayu.

Di Bengkalis, Zapin berkembang secara alami di tengah riuh rendah aktifitas masyarakatnya. Di setiap kampung dan dusun - tanpa memandang umur - denting dawai gambus bertengkah pukulan marwas senantiasa mengiringi gerak lincah kaki-kaki menarikan Zapin. Seni yang dulunya dimasa kegemilangan imperium Melayu hanya ditarikan di kalangan istana yang terbatas, hari ini berbaur menyatu di tengahtengah masyarakat.

Upaya-upaya penguatan kebudayaan dan kesenian, khususnya Zapin harus terus dilakukan secara berkesinambungan, dengan berbagai cara dan kiat serta dengan itikad yang luhur sebagai bentuk pertanggungjawaban kita terhadap masa depan. Harapan terkandung, Bengkalis menjadi sebuah laman bermain yang besar bagi sebuah warisan yang bernama Zapin, laman untuk memperkukuh jati diri.

Berangkat dari kenyataan ini, untuk ke-empat kalinya Bengkalis menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang dikemas dengan nama Semarak Zapin Serantau, yang merupakan upaya nyata untuk melestarikan, mendedahkan serta menempatkan Zapin sebagai ikon budaya Melayu di rantau ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar